“tuan Lu Bu,,saya punya gagasan bagus !”.
“cepat katakanlah, Chen Gong”.
“bagaimana kita ambil kota Pu Yang dari Cao Cao”.
“baiklah, ayo kita ambil Pu Yang”. Lalu kita berangkat menuju Pu Yang dengan jumlah jendral dan pasukan yang seadanya. Ternyata, dewi fortuna memihak pada kami, Cao Cao dan sebagian besar pasukan dan jendralnya sedang pergi memerangi Tao Qian karena salah satu jendral dari pasukan Tao Qian telah membunuh ayah Cao Cao sehingga membuat Cao Cao marah besar dan langsung mendeklarasikan Tao Qian sebagai musuhnya.
Cao Cao yang sangat marah menyerang pasukan Tao Qian dengan kekuatan penuh sehingga hanya tinggal beberapa ribu pasukan dan sedikit perwira yang menjaga Pu Yang. Dengan kekuatan berperang seperti Lu Bu, Zhang Liao, Gao Shun dan lain-lain, kami dengan mudah menyerang hingga ke gerbang kota. Tiba-tiba gerbang terbuka dan ada seseorang disana, namanya Cheng Miao. Rupanya dia adalah salah satu perwira pasukan Cao Cao dan ingin berkhianat dan menjadi bawahan Lu Bu. Karena pengkhianatan Cheng Miao, kami dengan mudah mengambil Pu Yang. Malam harinya, kami semua mengadakan pesta karena keberhasilan kami merebut Pu Yang, dan tentunya setelah pesta aku dan Lu Bu pergi ke kediaman Lu Bu di Pu Yang yang baru dibelinya.
“Lu Bu, akhirnya kita punya kota sendiri untuk diperintah”.
“benar sekali, Diao Chan, aku senang sekali”.
“kalau begitu mari kita rayakan, malam ini akan aku berikan sesuatu yang spesial”.
“apa itu, Diao Chan?”.
“kamu akan kuperbolehkan untuk menikmati lubang anusku”.
“tapi apa kamu yakin? apa nanti kamu tidak takut terluka?”.
“tidak apa-apa, untukmu segalanya akan kuberikan”.
“baik, kalau kamu mau”. Lalu kami membuka baju masing-masing, setelah itu kami berdua telanjang bulat tanpa tertutup sehelai benangpun, aku mendekati Lu Bu dan memeluk Lu Bu dan dia juga memeluk tubuhku yang sangat kecil dibandingkan tubuhnya. Lalu aku digendong dan dibawa ke ranjang, setelah sampai di tepi ranjang, aku ditaruh secara perlahan olehnya. Tapi aku menyuruhnya untuk tiduran karena aku ingin berada di atas tubuhnya, aku menaiki tubuhnya dan langsung mencium bibirnya dan melumat bibirnya, tapi kali ini aku biarkan dia yang memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku. Tubuhku yang panas selama kami berciuman menandakan kalau aku sudah mulai terangsang, setelah puas berciuman, aku melepaskan ciumanku terhadapnya dan merayap lebih ke atas sehingga kini payudaraku tepat berada di wajah Lu Bu.
“ayo,,Lu Bu, perah aku seperti sapi perah”. Lu Bu mulai dengan membenamkan wajahnya, dia geleng-gelengkan kepalanya sehingga rambutnya bergesekan dengan kedua putingku yang sangat membangkitkan gairahku. Putingku yang berwarna pink kini sudah mengeras dan mengacung tegak seperti minta dihisap, Lu Bu tau keinginanku, dia langsung memegang payudara kananku dan memasukkan putingku ke dalam mulutnya, dia mulai menghisap putingku dengan lembut, dia mainkan putingku dengan lidahnya sementara tangan kirinya meremas-remas payudara kiriku secara perlahan tapi pasti.
Rangsangan yang dilakukan Lu Bu terhadapku dengan cara memainkan payudaraku membuat vaginaku jadi agak sedikit basah. Lu Bu menyuruhku untuk memutar badan sehingga sekarang aku bisa memakan ‘lolipop’ kesukaanku yaitu penis Lu Bu dan vaginaku terhidang di depan wajah Lu Bu. Kami pun saling memulai menjilati, tapi Lu Bu kini memegangi pantatku dengan kedua tangannya seolah tak mau vaginaku bergerak, dan dia pun membenamkan wajahnya dalam-dalam ke daerah selangkanganku untuk menikmati vaginaku yang lezat. Aku pun tidak mau kalah, aku mainkan kemampuan lidahku yang masih pas-pasan dalam mengolah penis di dalam mulut, karena itu, aku selalu berusaha untuk mengembangkan kemampuanku dalam hal memainkan penis laki-laki dengan lidahku agar aku bisa membuat Lu Bu keenakan. Jilatan Lu Bu yang menyapu vaginaku membuatku tak tahan lagi menahan kenikmatan yang kurasakan sehingga aku pun melepaskan orgasmeku yang pertama di wajah Lu Bu seperti sebelumnya sehingga cairanku langsung mengalir turun ke wajah Lu Bu, tapi wajah Lu Bu sama sekali tidak kena oleh cairanku karena Lu Bu langsung membuka mulutnya lebar-lebar dan langsung menelan semua cairanku yang memang sangat disukainya. Setelah dia sudah meminum habis cairanku, kami istirahat dulu untuk mengambil nafas karena nafasku terengah-engah akibat orgasme tadi.
Selama mengambil nafas, aku memijat-mijat penis Lu Bu dengan keduat tanganku yang halus mulai dari kepala penisnya sampai ke buah zakarnya. Sementara di bawah sana, sambil membiarkanku untuk mengatur nafas, Lu Bu membelai pantatku yang seperti buah peach dan merupakan pemandangan paling indah bagi laki-laki di seluruh pelosok negeri Cina. Setelah nafasku sudah mulai teratur, aku memutar badanku lagi sehingga wajah kami saling berhadapan lagi, aku menciumnya dan dia membalas ciumanku, lalu aku bangkit dan mengajak Lu Bu ke dinding terdekat. Di dekat dinding, aku menaruh tanganku di dinding dan bertumpu pada kedua tanganku, Lu Bu mengerti keinginanku, dia mulai mempersiapkan ‘senjata’nya itu dan mulai mengelus-eluskan penisnya di belahan pantatku membuatku semakin tak sabar merasakan betapa nikmatnya jika benda itu menerobos masuk ke dalam lubang pantatku.
“tahan ya, Diao Chanku”.
“iya, Lu Bu,,”. Lalu dia menempatkan penisnya di depan lubang pantatku.
“baiklah, ayo kita mulai”.
“jangan ragu-ragu, sayangku”. Lu Bu memajukan pinggulnya dengan sangat perlahan sehingga penisnya memasuki lubang anusku dengan sangat lembut, tapi tetap saja, penis Lu Bu terlalu besar untuk lubang anusku yang sama sekali belum pernah diterobos oleh penis laki-laki sehingga aku spontan berteriak ketika kepala penisnya mencoba menerobos masuk anusku.
“aaaaawwww,,,,”, teriakku tapi agak pelan karena sebenarnya tidak terlalu pedih melainkan hanya terasa ngilu saja.
“maafkan aku, Diao Chan”.
“tunggu, Lu Bu,,”, kataku sambil menahan penisnya dengan tangan kananku karena dia berniat menarik keluar kepala penisnya dari dalam anusku.
“jangan dicabut, Lu Bu”.
“tapi, kamu kesakitan”.
“tidak apa-apa, sayang, nanti aku juga akan merasa nikmat”.
“jadi, aku boleh melanjutkannya?”.
“bukannya boleh, tapi harus karena aku ingin menyerahkan pantatku yang masih perawan kepadamu”.
“terima kasih, cintaku”. Dengan semangat dariku, dia berusaha untuk memasukkan penisnya lebih dalam ke dalam anusku. Tapi, dia tetap memajukan pinggulnya dengan perlahan karena dia tidak ingin membuatku kesakitan. Setiap senti demi senti mengakibatkan rasa ngilu yang amat sangat tapi urat-urat yang ada di penisnya membuat aku merasakan sensasi nikmat dibalik rasa ngilu yang kurasakan. Tak disangka, akhirnya penis Lu Bu bisa masuk ke dalam lubang anusku meski hanya setengahnya saja, tapi bisa membuat nafasku tersengal-sengal karena menahan rasa ngilu. Aku meminta untuk istirahat agar aku bisa mengatur nafasku yang tersengal-sengal, selama aku mengatur nafas, Lu Bu meremas-remas kedua buah payudaraku dengan kedua tangannya agar aku merasa nyaman. Setelah nafasku sudah kembali normal, rasa ngilu itu juga sudah hilang dan mulai muncul rasa nikmat sedikit demi sedikit.
“ayo, kita mulai, Lu Bu”.
“baiklah”. Dengan izin dariku, dia pun mulai menggenjot anusku dalam tempo yang sangat lambat sehingga aku merasakan sedikit ngilu dan rasa nikmat yang semakin bertambah. Seiring dengan berjalannya waktu, rasa ngilu itu pun kini benar-benar sudah menghilang dan rasa nikmat sekarang lebih dominan sehingga kini aku malah meminta Lu Bu untuk menggenjot lebih kuat dan cepat dari sebelumnya.
Aku menolehkan kepalaku agar dia bisa melumat bibir mungilku, tanpa kusuruh lagi dia langsung melumat habis bibirku. Tekhnik menggenjotnya bermacam-macam kadang-kadang dia memasukkan penisnya dengan cepat lalu menariknya secara perlahan, atau sebaliknya, dan kadang dia sedikit memutar-mutar seperti gerakan mengulek sehingga aku benar-benar tidak tahan lagi dan segera melepaskan gelombang orgasmeku sehingga cairanku melelh keluar dan mengalir perlahan ke pahaku dan ada juga yang langsung menetes ke lantai. Tiba-tiba Lu Bu mengangkat tubuhku dengan penisnya masih tertancap di dalam anusku sehingga aku diangkat dalam keadaan aku masih membelakanginya. Lalu dia tiduran sambil masih mengangkatku, memang kekasihku ini sangat perkasa, setelah dia tidur terlentang dan aku masih menduduki penisnya juga masih membelakanginya, tanpa disuruh lagi aku langsung bergerak naik turun. Agar lebih terasa lagi, aku memutar badanku 360 derajat secara perlahan, karena aku memutar badanku, Lu Bu mendesah karena dia merasakan penisnya seperti diplintir dengan lubang anusku
“ohhh,,,aahhhh”, desah Lu Bu. Karena 3 kali berputar rasanya aku pusing juga, jadi aku memutuskan untuk berhenti dan menggerakkan tubuhku naik turun lagi. Jika dihitung-hitung kami sudah bersetubuh selama hampir 45 menit, yang sebentar lagi kira-kira 15 menit lagi Lu Bu akan orgasme sementara aku sudah 4 kali orgasme. Aku meminta untuk berganti posisi sehingga sekarang aku membelakanginya yang biasa disebut dengan posisi doggy style, dengan posisi seperti ini penis Lu Bu terasa semakin masuk ke dalam anusku daripada sebelumnya. Dia terus memompa penisnya dengan kuat ke dalam anusku sambil kedua tangannya meremas-remas kedua buah payudaraku. Akhirnya setelah 15 menit kemudian, Lu Bu mencapai orgasmenya dan menyemburkan spermanya yang hangat ke dalam anusku.
“aahhh,,,Diao Chan,, kau memang hebat”.
“kau juga sangat perkasa”. Aku berguling sehingga Lu Bu berada di bawah dan aku berada di atas, kami saling melumat bibir sampai kami berdua tertidur dengan penis Lu Bu yang masih tertanam di anusku.
Aku bangun dari tempat tidur dan menemukan kalau tubuhku sudah diselimuti sementara Lu Bu sudah tidak ada di disampingku. Aku langsung bangkit dari tempat tidur, tapi aku sangat kaget ketika ternyata di depan pintu kamar ada seorang gadis muda yang cantik tapi berpakaian layaknya seorang jendral.
“akh,, siapa kamu?”.
“maafkan aku membuatmu kaget, perkenalkan,, aku Lu Lingqi”.
“Lu Lingqi??”.
“sepertinya,, kamu adalah calon ibu tiriku”.
“calon ibu tiri,, jadi kamu,,,”.
“ya, aku adalah anak kandung Lu Bu dari ibuku yang bernama putri Yan”.
“oo, jadi kamu adalah anak dari istri Lu Bu yang pertama?”.
“ya, tapi ibuku sudah meninggal”.
“oh, maaf, aku tidak tau”.
“tidak apa-apa, tapi ngomong-ngomong dimana ayah?”.
“aku juga gak tau, tadi aku bangun, Lu Bu sudah tidak ada”.
“oh, begitu, bagaimana kalau kita mencari ayah Lu Bu bersama-sama”.
“baik, kalau begitu, aku mandi dulu”. Setelah aku mandi dan berpakaian kembali, aku dan Lu Lingqi keluar dari rumah dan berjalan ke arah istana Pu Yang, tapi aku melihat para tentara berlarian menuju gerbang kota dan juga berberapa jendral mengendarai kudanya dengan cepat menuju gerbang. Aku dan Lu Lingqi memutuskan untuk bergegas menuju gerbang untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.
Rupanya, pasukan Cao Cao telah kembali dan sedang menyerang kota kami. Lu Bu terlihat disana dengan menunggangi kudanya yaitu Red Hare bersiap-siap di depan gerbang, selain Lu Bu aku juga melihat Chen Gong yang berbicara kepada Lu Bu. Tapi Lu Bu sepertinya tidak menghiraukan Chen Gong dan langsung memacu kudanya dengan kencang ke luar Pu Yang. Lu Bu menantang jenderal-jenderal Cao Cao untuk duel dengannya, ada beberapa orang yang menerima tantangan duel dari Lu Bu tapi semuanya berakhir dengan kematian kecuali Xu Zhu, salah satu jenderal Cao Cao yang berhasil melarikan diri dengan sisa-sisa tenaganya. Melihat orang sekuat Xu Zhu dikalahkan, pasukan Cao Cao langsung menjadi ketakutan akan dibunuh oleh Lu Bu, oleh karena itu, Cao Cao terpaksa mundur ke kotanya yang lain yaitu Chen Liu, yang tidak jauh dari Pu Yang. Kami selamat dari serangan Cao Cao hari itu, semua karena kehebatan Lu Bu.
Selama beberapa hari, Cao Cao tidak menyerang kami sehingga pasukan Lu Bu bisa hidup tenang dan damai untuk sementara, tentu saja setiap malam aku dan Lu Bu saling melepaskan hasrat sementara Lu Lingqi setiap malam, siang, dan pagi terus menerus berlatih karena dia ingin seperti Lu Bu. Akhirnya Cao Cao menyerang Pu Yang lagi, tapi kali ini benar-benar dengan kekuatan penuh apalagi dia sudah menguasai kota Lou Yang dan Xu Chang sehingga pasukannya bertambah dengan jumlah yang sangat banyak. Cao Cao menyerang Pu Yang dengan membawa sekitar 10000 prajurit dan jenderal-jenderal kuat seperti Cao Ren, Xiahou Dun, Xiahou Yuan, dan Xu Zhu. Sedangkan kami hanya punya 3000 prajurit, menghadapi masalah ini, Chen Gong memanggil semua jenderal ke istana termasuk aku dan Lu Lingqi.
“Baginda Lu Bu,, bagaimana tindakan kita?”, tanya Gao Shun”.
“ya apalagi,, mari kita serang mereka”.
“tunggu, tuan Lu Bu, lebih baik kita pikirkan dulu”, sela Chen Gong
“ah, terlalu lama berpikir, kita akan kalah”.
“tapi, tuan, Cao Cao benar-benar menyerang dengan kekuatan penuh, dan kali ini pasukannya sedang dalam semangat yang tinggi karena mereka baru saja merebut kota Lou Yang dan Xu Chang, jadi mereka tidak akan ketakutan meskipun tuan Lu Bu yang maju”.
“jadi, apa yang harus kita lakukan?”.
“lebih baik kita tinggalkan kota ini dan menuju daerah Liu Bei yang menghormati kita”.
“iya tuan Lu Bu, lebih baik kita melarikan diri untuk bertarung esok hari daripada kita harus mati sekarang”, sambungku.
“baiklah kalau begitu, persiapkan diri kalian untuk melarikan diri”.
“untuk memastikan semuanya selamat, aku sudah persiapkan jebakan di gerbang kota agar Cao Cao terhadang”, kata Chen Gong
“baiklah, ayo kita berangkat”. Lalu kami berangkat dengan Lu Bu dan Gao Shun di depan barisan untuk menghabisi jika ada musuh. Zhang Liao dan Lu Lingqi berada di belakang untuk berjaga-jaga jika ada pasukan Cao Cao yang mengejar sementara aku, para pasukan dan perwira yang lain berada di tengah barisan. Akhirnya kami sampai di Xiao Pei yang merupakan kota kekuasaan Liu Bei. Ternyata Liu Bei adalah orang yang benar-benar bijaksana dan baik sehingga aku menghormatinya dan mengaguminya. Liu Bei menerima kedatangan kami dengan sangat baik, bahkan kami diberikan Xiao Pei sementara Liu Bei memerintah di kotanya yang satu lagi yaitu Xia Pi.
Tapi Lu Bu tidak terlalu senang diberikan kota kecil seperti Xiao Pei sehingga dia meminta keada Liu Bei untuk bertukar kota, Liu Bei menolaknya karena saudara seperjuangannya yaitu Zhang Fei dan Guan Yu menolak mentah-mentah permintaan Lu Bu. Lu Bu kesal, tapi untungnya ada aku yang menemaninya ke Xia Pi sehingga aku bisa membuatnya tenang dan mau pulang ke Xiao Pei. Beberapa hari kemudian, Liu Bei menyerang kota Yuan Shu yaitu Ru Nan, mendengar hal ini, Chen Gong menyarankan untuk mengambil Xia Pi sementara Liu Bei sedang pergi. Pada hari itu juga, kami menyerang kota Xia Pi dan merebutnya dengan mudah karena benar-benar tidak ada yang menjaganya. Mendengar hal ini melalui mata-matanya, Liu Bei membatalkan pergi berperang melawan Yuan Shu dan kembali ke Xia Pi menemukan Lu Bu sudah menguasai Xia Pi.
“hei Lu Bu, dasar tidak tau berterima kasih kau !!!”, seru Zhang Fei.
“tenang Zhang Fei”, kata Liu Bei sambil menghadang Zhang Fei.
“maafkan saudaraku, tuan Lu Bu”, tambah Liu Bei.
“ayolah, Liu Bei, pasti kau tau orang hebat sepertiku tidak pantas diberikan kota yang kecil seperti Xiao Pei”.
“baiklah, kalau begitu, tuan Lu Bu, kami serahkan Xia Pi dan kami akan pindah ke Xiao Pei”.
“haha,,,haha,,,bagus,, kau benar-benar orang yang baik”. Keesokan harinya Liu Bei dan pasukannya pindah ke Xiao Pei.
Setelah beberapa hari, Liu Bei dan Yuan Shu menyatakan perang, keduanya meminta pasukan kami sebagai bala bantuan. Tapi Lu Bu bingung, karena keduanya adalah teman, oleh karena itu dia memutuskan untuk mengadakan sebuah perjanjian. Perjanjiannya yaitu jika Lu Bu bisa memanah senjatanya yang dia tancapkan di tanah dengan jarak 5 km maka kedua pasukan itu harus berdamai. Dan.,,, Lu Bu berhasil memanah senjatanya pada jarak yang sangat jauh itu sampai-sampai Liu Bei dan Yuan Shu mengatakan Lu Bu bukan manusia melainkan dewa perang. 2 bulan pun berlalu sejak kejadian itu dan kami memerintah dengan damai. Tapi tiba-tiba Liu Bei menyatakan perang dan membentuk persekutuan dengan Cao Cao, dan kabarnya mereka akan menyerang dengan lebih dari 25000 pasukan. Mendengar hal ini, pasukan Lu Bu ketakutan, tapi hanya aku, Lu Bu, Zhang Liao, Lu Lingqi, Gao Shun, dan Chen Gong saja yang tidak takut. Akhirnya datanglah pasukan Cao Cao dan Liu Bei menyerang Xia Pi.
Semua jendral ikut bertarung termasuk aku, untungnya aku belajar caranya berperang selagi aku bersekolah, tapi aku tidak ingin melihat pertumpahan darah sehingga aku memakai senjata yang biasa kupakai untuk menari. Semuanya berjalan dengan lancar karena strategi dari Chen Gong tapi keadaan berbalik ketika Hou Cheng, Song Xian, dan Wei Xu berkhianat dan mencuri kuda Lu Bu dan diserahkan kepada Cao Cao karena itu kami kalah telak dan semua pasukan mati sementara para jenderal ditangkap termasuk aku.
“Cao Cao lepaskan aku, tali ini terlalu kencang !!” seru Lu Bu.
“hmmh,, tali ini pantas untuk binatang buas sepertimu”, balas Cao Cao.
“penggal dia”, tambah Cao Cao.
“tunggu,, tidakkah kau ingin memiliki jenderal terkuat di Cina”.
“hmmh,, kau mengkhianati ayah angkatmu dan juga Dong Zhuo, tidak mungkin kau tidak mengkhianatiku juga, jadi buat apa kau menjadi jendralku”.
“tidak,,,Cao Cao,,,aakkhhh”, bersamaan dengan itu Lu Bu dipenggal kepalanya di tempat di depan kedua mataku.
Kemudian Cao Cao menuju Chen Gong.
“Chen Gong,,, Chen Gong,, kau adalah penasihatku yang pintar, kenapa kau tidak gabung bersamaku lagi seperti masa-masa dulu”.
“bunuhlah aku saja, Cao Cao, aku tidak sudi menjadi bawahanmu lagi”.
“baiklah kalau begitu”. Maka Chen Gong dibunuh, setelah itu Cao Cao mendekati Zhang Liao.
“lakukan apa yang harus kau lakukan”, kata Zhang Liao.
“hmm,, bunuh dia”.
“tunggu baginda Cao Cao”, sela Guo Jia.
“ada apa Guo Jia?”.
“tuan Zhang Liao adalah orang yang mempunyai harga diri yang besar dan beliau juga sangat setia”.
“kalau begitu,, Zhang Liao,, maukah kamu menjadi bawahanku?”.
“hanya dengan satu syarat”.
“apa itu?”.
“kau tidak boleh membunuh Diao Chan dan juga Lu Lingqi”.
“baiklah kalau begitu”. Akhirnya Zhang Liao dan jendral yang lain menjadi bawahan Cao Cao sementara aku dan Lu Lingqi tidak bersedia menjadi bawahannya dan dijadikan tawanan oleh Cao Cao.
Aku dan Lu lingqi ditempatkan di penjara Chen Liu yang dijaga oleh 500 pasukan dan 1 jenderal yaitu Xu Zhu. Mempunyai tawanan yang begitu cantik dan seksi seperti aku dan Lu Linqi, Xu Zhu tertarik untuk mencicipi kehangatan tubuh mulusku dan tubuh Lu Lingqi. Akhirnya karena sudah tidak tahan, Xu Zhu membawaku dan Lu Lingqi ke kamarnya pada malam hari.
“hmm,, kalian berdua sangat cantik”.
“mau apa kau?”, tanyaku.
“aku ingin merasakan tubuh kalian”.
“APA?!”, seru Lu Lingqi.
“tidak akan”, tambahku.
“oh, kalian pasti akan ketagihan”. Lalu dia memberikan minuman kepadaku dan Lu Lingqi, dengan terpaksa kami meminumnya. Setelah beberapa detik kami meminum minuman yang diberikan Xu Zhu tadi, aku merasakan tubuhku menjadi panas dan daerah selangkanganku gatal seperti ingin disentuh. juga putingku terasa mengeras. Aku sadar kalau aku dan Lu Lingqi diracuni obat perangsang karena aku tau kalau aku sedang dalam keadaan terangsang. Tanpa sadar, aku membuka bajuku sendiri sampai tidak ada sehelai benang lagi yang menutupi tubuhku. Xu Zhu mendekatiku yang sudah telanjang bulat, karena sudah dikuasai nafsu birahi yang mengambil kesadaranku, aku mendekati Xu Zhu dan langsung mencium mulutnya.
Aku lumat bibirnya, kumainkan lidahku dengan sangat bersemangat di dalam rongga mulutnya, dan dia pun membalas ciumanku. Ternyata Lu Lingqi sedang asyik memainkan vaginanya sendiri sambil duduk di tepi ranjang dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya asik menari-menari diatas payudaranya sendiri. Aku agak kesusahan mencium Xu Zhu karena perutnya yang sangat gendut itu, karena itu dia membuka bajunya sendiri sementara aku mendekati Lu Lingqi, aku langsung melahap payudaranya yang berukuran 34B itu, sama seperti aku. Tidak tahan melihat puting Lu Lingqi yang masih berwarna merah muda, aku langsung masukkan ke dalam mulutku dan kumainkan dengan mulutku membuat Lu Lingqi mendesah.
“aahh,,,mmhhh,,,,”.
“hei,,hei,,hei,,,sepertinya kalian mulai tanpa aku ya!”, seru Xu Zhu. Dia mendekati kami berdua yang sedang dalam mabuk nafsu. Dia duduk di antara kami berdua, karena kami berdua sudah diberi obat perangsang, ketika kami melihat penis gemuk Xu Zhu, kami langsung menyerbunya. Xu Zhu pun langsung tidur dengan posisi kakinya menggantung di tepi ranjang. Sementara kami, langsung berebutan menjilati penis Xu Zhu yang sudah mulai bangun itu.
Penis Xu Zhu tidak terlalu panjang hanya 13 cm saja, tapi karena dia gemuk jadi diameter penisnya juga gemuk yaitu 10 cm sama seperti punya Lu Bu. Aku jilati kepala penisnya sementara Lu Lingqi menelusuri batang penis Xu Zhu dengan lidahnya sehingga Xu Zhu mendesah menerima jilatan di sekujur penisnya oleh 2 wanita cantik. Kami menjilatinya dengan penuh semangat, dan kadang-kadang juga kami berciuman dan saling bertukar air liur dan kemudian menjilati penis Xu Zhu lagi. Setelah penis Xu Zhu sudah basah kuyup oleh air liur kami mulai dari kepala penisnya, batang, buah zakar, sampai ke rambut kemaluannya, kami pun dengan serempak naik ke ranjang untuk menjilati wajahnya yang seperti orang dungu itu. Kami menjilati semua yang ada di wajahnya termasuk lubang telinganya dan hidungnya. Dan kadang-kadang kami berusaha memasukkan lidah kami ke dalam mulutnya secara bersamaan sehingga air liur kami bertiga saling bercampur. Lalu kami sudah tidak tahan lagi dan ingin merasakan hujaman penisnya jadi kami saling berebut untuk menaiki badannya, tapi Xu Zhu menghentikan kami dan menyuruh kami untuk diam sejenak sementara dia membetulkan posisinya sendiri sehingga kakinya tidak menggantung di tepi ranjang lagi.
Setelah itu, aku memberikan kesempatan kepada Lu Lingqi untuk mencoba terlebih dahulu sedangkan aku menaiki wajah Xu Zhu, rupanya Lu Lingqi sudah tidak perawan lagi, aku bisa tau karena selain tak ada darah yang keluar dari vaginanya, dia sepertinya sudah lihai dalam memasukkan penis ke dalam vaginanya. Setiap senti penis Xu Zhu menerobos masuk ke dalam vaginanya, dia mendesah.
“aahhh,,,,oohhhh,,,,yeeaaahhh”. Dan akhirnya tak beberapa lama kemudian, penis Xu zhu sudah amblas ditelan oleh vagina Lu Lingqi, setelah beberapa detik Lu Lingqi diam mengambil nafas, dia pin mulai bergerak naik turun. Sementara itu, pahaku sudah menjepit kepala Xu Zhu yang besar itu dan vaginaku terhidang tepat di depan wajahnya sehingga dia tidak buang-buang waktu lagi dan mulai menjilati vaginaku yang harum itu.
“mmmmm,,,mmmmm”, desahku lembut menerima setiap jilatan Xu Zhu yang sedang menyapu bibir vaginaku, dia pegangi pinggulku seolah aku tak boleh mengangkat tubuhku sedikitpun dari wajahnya. Aku saling berhadapan-hadapan dengan Lu Lingqi yang sedang asyik menggoyangkan dan menaik-turunkan tubuhnya, karena itu aku bisa melihat ekspresi wajahnya yang terlihat menikmati setiap momennya. Tiba-tiba dibawah sana, Xu Zhu menemuka klitorisku sehingga dia langsung memainkan klitorisku itu dengan menyentil-nyentilkan lidahnya yang membuatku semakin kejang-kejang saja.
Lalu kemudian Lu Lingqi tiba-tiba agak memajukan tubuhnya ke arahku sehingga kini Xu Zhu yang bekerja, Lu Lingqi melumat bibirku, aku pun langsung membalas ciumannya sehingga kami berciuman dengan sangat mesra. Ketika sedang fokus berciuman dengan Lu Lingqi, tiba-tiba tubuhku mengejang hebat yang menandakan aku akan orgasme, dan tak lama kemudian, aku orgasme diikuti dengan desahanku.
“ooohhh,,,,”.
“slluurrpp,,,slluurrpp”, bunyi yang muncuk ketika Xu Zhu langsung menyeruput cairanku tanpa bernafas. Otomatis, cairanku langsung habis dengan sedotannya yang seperti itu. Ketika itu juga, Lu Lingqi melepaskan ciumannya terhadapku dan dia mendesah kencang.
“aaaahhh,,,,ooohhhhh”, suara desahan Lu Lingqi. Rupanya dia mencapai orgasmenya yang hampir bersamaan denganku. Setelah kami berdua mengalami orgasme, Xu Zhu menepuk-nepuk pahaku, aku langsung bangkit dan duduk di dadanya yang besar itu.
“sekarang gantian”, perintah Xu Zhu. Mendengar hal itu, Lu Lingqi mengeluarkan penis Xu Zhu dari vaginanya. Aku bisa melihat penis Xu Zhu yang berkilauan karena cairan dari vagina Lu Lingqi. Aku jadi penasaran bagaimana rasanya cairan vagina dari seorang anak jendral yang hebat.
Kini, Lu Lingqi sudah duduk di atas wajah Xu Zhu, sementara aku masih duduk di samping, lalu aku mulai mendekati penis Xu Zhu yang berkilauan itu, aku dekatkan mulutku ke batang penis Xu Zhu untuk merasakan hal baru yaitu mencicipi cairan vagina gadis lain. Aku julurkan lidahku dan mulai menjilati batang penis Xu Zhu. Tak kusangka meskipun rasanya tak semanis cairanku, tapi cairan Lu Lingqi lebih gurih dibandingkan denganku sehingga yang tadinya aku agak grogi mencicipi cairan Lu Lingqi yang menyelimuti penis Xu Zhu, sekarang aku malah menjilati penis Xu Zhu seperti orang kelaparan karena aku ingin merasakan lebih dan lebih lagi cairan Lu Lingqi yang sangat gurih itu dan aku berniat untuk mendapatkannya dari sumbernya langsung sehabis memuaskan Xu Zhu. Setelah aku menjilati semua cairan Lu Lingqi yang menyelubungi penis Xu Zhu hingga tak bersisa, aku pun langsung berdiri dan bersiap-siap memasukkan penis gemuk itu ke dalam vaginaku yang sudah tak tahan ingin di’njos’. Aku masukkan perlahan tapi pasti agar aku bisa menikmatinya, sementara Xu Zhu sudah mulai menjilati vagina yang disuguhkan di hadapannya, aku tau karena aku melihat Lu Lingqi sudah menggigit bibirnya menahan kenikmatan yang dia dapatkan dari jilatan-jilatan Xu Zhu terhadap vaginanya.
Aku mulai menggoyangkan pinggulku sehingga Xu Zhu mulai merasakan betapa hebatnya goyanganku. Hanya beberapa menit saja, kurasakan penis Xu Zhu sudah berdenyut-denyut di dalam vaginaku. Lalu aku mengangkat badanku dan begitu juga Lu Lingqi, lalu kami berdua mulai bekerja sama menjilati penis Xu Zhu. Setelah 3 menit kami menjilati batang penis Xu Zhu hingga penisnya berkilauan lagi, tapi kali ini karena air liur kami. Dengan keputusan bersama aku dan Lu Lingqi saling mendekatkan payudara kami sehingga menjepit penis Xu Zhu yang berada di tengah payudara kami. Kami saling tekan-menekan payudara kami sehingga penis Xu Zhu tergencet oleh payudara kami dan juga puting kami saling bertemu yang menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Karena kekenyalan dan kehangatan payudara kami, akhirnya 5 menit kemudian Xu Zhu menyemburkan larva putihnya itu sehingga spermanya berlumuran di payudara kami dan juga wajah kami.
“terima kasih, 2 bidadariku yang cantik, sekarang bersihkan diri kalian sendiri karena aku mau makan”. Kami melepaskan gencetan payudara kami terhadap penisnya, dan Xu Zhu langsung bangun kemudian memakai baju dan keluar dari kamar.
Aku memang berniat untuk menjilati sperma di wajah dan payudara Lu Lingqi, tapi tak kusangka malah Lu Lingqi menjilati wajahku lebih dahulu. Karena itu, aku pun melakukan hal yang sama terhadapnya secara bergantian. Lalu ketika wajah kami sudah bersih kembali, Lu Lingqi tidak membuang-buang waktu, dia langsung menurunkan wajahnya sehingga kini payudaraku tepat berada di depan wajahnya. Dan sudah diduga, dia langsung menjilati seluruh permukaan kedua buah payudaraku yang putih mulus itu sehingga payudaraku yang tadinya belepotan dengan sperma menjadi bersih kembali. Sekarang tiba giliranku, aku telusuri setiap jengkal payudaranya bahkan sampai ke pangkal dan bagian bawah payudaranya.
Setelah payudaranya sudah bersih, aku tidak mau keduluan lagi, maka dari itu aku mendorongnya dengan perlahan sehingga dia tidur terlentang di atas ranjang, lalu aku langsung tidur di atasnya dengan posisi terbalik sehingga dia bisa menjilati vaginaku dan keinginanku juga bisa kucapai yaitu mencicipi lagi cairan vagina Lu Lingqi yang gurih langsung dari sumbernya. Aku langsung memulai gerakanku dengan menjilati bibir luar dari vagina Lu Lingqi, sambil aku menjilatinya, aku membuka dengan perlahan bibir vaginanya dengan kedua jariku sehingga kini aku bisa melihat bagian dalam vaginanya dan juga klitorisnya, tanpa berpikir lagi, aku langsung permainkan klitorisnya dengan lidahku yang membuatnya semakin bersemangat menjilati vaginaku. Tanpa sadar kami saling berlomba untuk membuat orgasme terlebih dahulu.
Karena kenikmatan jilatan Lu Lingqi terhadap vaginaku semakin terasa saja, akupun tidak mau kalah, aku benamkan kepalaku di selangkangan Lu Lingqi lebih dalam lagi dan memasukkan lidahku ke dalam vaginanya dengan sangat dalam untuk menjilati bagian dalam vaginanya karena dia akan lebih cepat orgasme dibandingkan denganku karena dia hanya menjilati belahan bibir vaginaku saja. Benar saja, setelah lebih dari 6 menit kami saling menjilati vagina, aku merasakan tubuh Lu Lingqi sangat tegang dan akhirnya.
“mmmmhhh,,aaahhhh,,”, desahnya dengan lembut. Akhirnya aku mendapatkan hadiah yang kuinginkan, maka dari itu aku pun tak menyia-nyiakan dan menyeruput habis cairannya. Sangat gurih, sampai aku ketagihan dan ingin merasakannya lagi, tapi tiba-tiba orgasme melandaku dan cairan cinta mengucur deras ke arah mulut Lu Lingqi yang sudah menanti. Setelah itu, karena lelah aku memutuskan untuk menggulingkan tubuhku ke samping dan memutar tubuhku sehingga kini aku saling berhadapan-hadapan dengan Lu Lingqi. Mataku sudah terasa berat, dan kulihat mata Lu Lingqi juga sudah sayup-sayup. Kami saling berpelukan hingga akhirnya kami tertidur.
Begitulah kami melewati hari-hari sebagai tawanan di Chen Liu, bahkan kami tidak dikurung lagi di penjara, tapi kami dikurung di kediaman Xu Zhu. Beberapa hari kemudian, Cao Cao dan jendral-jendralnya datang ke Chen Liu. Yang kudengar pasukan Cao Cao menyatakan perang kepada pasukan Liu Bei. Dibandingkan dengan pasukan Cao Cao yang sudah sangat besar, pasukan Liu Bei kalah hanya dalam beberapa hari, dan Liu Bei dan Zhang Fei berhasil kabur ke daerah kekuasaan Yuan Shao sementara Guan Yu masih melindungi kastil Xia Pi untuk memberikan waktu untuk kabur bagi Liu Bei dan semua bawahannya.
“Guan Yu, menyerahlah kepadaku !!!”, seru Cao Cao
“bermimpilah Cao Cao, aku tidak akan mengkhianati saudaraku”.
“tapi, bagaimana kau bisa bertemu dengan Liu Bei jika kau mati disini?”.
“….”.
“bukalah Guan Yu”.
“baiklah, aku akan menyerah kepadamu dengan syarat”.
“apa itu Guan Yu?”.
“Jika aku mengetahui keberadaan Liu Bei, kau harus melepaskanku sebagai bawahanmu dan membiarkanku kembali ke Liu Bei, meskipun dia 150 km jauhnya”.
“….baiklah”.
“Cao Cao, apa yang kau pikirkan?”, tanya Xiahou Dun
“Dun, kau tidak akan mengerti betapa berharganya Guan Yu untuk dijadikan sebagai bawahan meskipun cuma sementara”.
“,,,,aku tidak mengerti jalan pikiranmu”.
“hahaha,,,”.
“Guan Yu, tunggu apa lagi, buka gerbangnya”.
“…”.
“baiklah, kalau kau belum yakin aku akan memberikanmu hadiah”.
“…”.
“aku akan memberikanmu Red Hare dan juga dua gadis cantik untuk menjadi istrimu yaitu Diao Chan dan anak Lu Bu, Lu Lingqi”.
“bbaiklah”, kata Guan Yu. Begitulah, sekarang aku sudah berpindah tangan lagi, tapi Guan Yu tidak seperti lelaki lain, dia memperlakukan aku seperti kakaknya dan Lu Lingqi seperti anaknya sehingga dia sama sekali tidak ada niat untuk mencicipi tubuh indahku dan juga Lu Lingqi. 5 bulan berlalu, dan kini Cao Cao yang berambisius ingin menguasai daerah He Bei yang dikuasai oleh Yuan Shao.
Maka dari itu, Cao Cao menyatakan perang terhadap Yuan Shao dan sebaliknya. Setelah beberapa peperangan, akhirnya tibalah pertarungan dua pasukan super saat itu tepatnya di area Guan Du. Aku mendengar kabar bahwa Song Xian dan Wei Xu yang dulunya bawahan Lu Bu mati dibunuh oleh Wen Chou dan Yan Liang, tapi keduanya akhirnya dibunuh oleh Guan Yu dengan sekali tebasan. Dalam pertarungan itu Guan Yu melihat Liu Bei, maka dari itu dia langsung mundur. Setelah perang itu berkakhir, Guan Yu meminta untuk bertemu Cao Cao untuk menagih janjinya, tapi karena tidak mau kehilangan jenderal yang berharga, Cao Cao pura-pura sibuk dan tidak bisa bertemu. Guan Yu menebas beberapa prajurit ketika keluar istana dan bertarung dengan Xiahou Dun, akhirnya Cao Cao keluar juga.
“Guan Yu, dasar tidak tau berterima kasih kau!!!”, seru Xiahou Dun.
“tenang Xiahou Dun, ini semua salahku”.
“tapi, Cao Cao, dia telah membunuh banyak penjaga istana kita”.
“hmm,, baiklah, Guan Yu, sesuai janjiku, kau boleh pergi ke saudaramu”.
“terima kasih, tuan Cao Cao, suatu hari pasti akan ku balas kebaikanmu”, balas Guan Yu. Dengan izin Cao Cao, Guan Yu membawa Red Hare serta aku dan Lu Lingqi pergi menemui Liu Bei yang ada di daerah He Bei. Di jalan Guan Yu bertemu dengan Zhang Fei.
“mau apa kau kemari, dasar kau, ****** pengikut Cao Cao”.
“tunggu, dengarkan dulu Zhang Fei”. Tapi Zhang Fei sudah melayangkan tebasan ke Guan Yu, untungnya dia bisa menangkis serangan Zhang Fei sementara aku dan Lu Lingqi hanya melihat dari belakang Guan Yu. Tiba-tiba ada pasukan Cao Cao menyerang.
“Cao Cao, pasti kau yang membawa mereka”.
“tunggu dulu dengarkan aku, percayalah padaku saudaraku, aku tidak akan mengkhianatimu dan juga Liu Bei”.
“benar, tuan Zhang Fei, tuan Guan Yu kesini untuk bergabung lagi dengan kalian”, tambahku.
“sudah Zhang Fei lebih baik kita tembus mereka dulu dan cari Liu Bei”.
Kami pun dengan mudah menembus barisan musuh karena ada Guan Yu dan Zhang Fei. Akhirnya, kami bertemu Liu Bei di tengah perjalanan. Begitu bertemu, kami pun langsung pergi dari daerah He Bei dan menuju ke daerah Cao Cao, tapi tujuan kami yaitu Ru Nan, kota yang belum dikuasai oleh Cao Cao. Di Ru Nan, kami bertemu dengan Zhao Yun, Zhou Cang, dan lainnya yang setia menunggu kedatangan Liu Bei untuk menjadi bawahan Liu Bei. Kami berhasil lari ke Xin Ye dan pasukan Liu Bei terus memerangi Cao Cao hingga menjadi pasukan yang besar, dan menyaingi pasukan Cao Cao dan Sun Quan. Sedangkan aku tetap di pasukan Liu Bei dan menikah dengan Ma Chao, sementara Lu Lingqi menikah dengan Zhao Yun dan menjadi salah satu jendral yang berharga karena kehebatannya dalam bertarung seperti ayahnya Lu Bu. Yah, itulah kisahku, aku dengan setia ikut berperang melawan pasukan Cao Cao dan juga Sun Quan sampai akhir hayatku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar